Ketulusan Cinta Nanda

 

**

Angin malam berhembus pelan, tumbuhan ikut menari indah, udara sejuk menentramkan jiwa. Malam ini ia sengaja setelah salat magrib dan tilawah sambil menanti waktu azan isya berkumandang duduk di kursi teras rumah. Disetiap sudutnya ada bunga. Bunga panca warna kesukaanyapun tak lepas menghiasi teras. Ibu selalu membentangkan tikar yang terbuar dari purun dilantai, disisi kiri bangku panjang tempat duduk.

 

Dari tadi Nanda berdiam diri sambil memejamkan mata. Walaupun diluar terlihat tenang tetapi didalam pikiran sana selalu ribut tak pernah diam. Ada saja yang ia pikirkan sampai lelah. Kadang ada yang tidak mau dipikirkan, tiba-tiba datang tanpa izin langsung masuk kedalam sana. Membuatnya menjadi tertekan. Dan aneh, malahan tidak mau hilang. Semakin diusir dari pikiran malah selalu menempel saja

.

Ya... itulah tentang seseorang yang selama ini ia kagumi. Yang ia inginkan suatu hari menjadi imamnya, bahagia dan menua bersama sampai ajal menjemput bahkan di dimensi lainpun mereka tetap bersama.

 

Banyak  ingin mencarikannya jodoh tetapi selalu ia tolak secara halus. Ia tetap mempertahankan kejombloannya demi pujaan hati. Sampai akhir ia tidak sadar jika umurnya sudah hampir mendekati senja. Ibarat bunga, ia adalah bunga yang sudah sangat-sangat mekar apabila dipetik maka hampir gugur sendiri. Ia masih mempertahankan cinta dalam diamnya. Bersaing ketika melangitkan do’a diantara yang lain. Ia sadar ikhtiar yang dijalani belum maksimal. Ia hanya meperkuat doa di setiap sujud setelah mengabdi kepada ilahi. Berharap doanya didengar oleh sang pemilik cinta untuk mencondongkan hati si dia yang ia harapkan jadi seorang imam untuk segera dihalalkan. Namun sang pemilik cinta punya siasat lain. Si dia yang ia kagumi hanya gayung tak bersambut. Cintanya bertepuk sebelah tangan. Tidak ada kejelasan hingga sampai sekarang.

 

“Nanda sampai kapan kamu seperti ini nak, ingat umur kamu sudah 33 tahun?” tanya ibu

“ Adik-adikmu, sudah berumah tangga semua. Apa yang kamu tunggu” lanjut ibu.

“Doakan Nanda ya bu!, agar jodoh Nanda segera datang” jawabnya

“Sampai kapan. Ibu sudah capek setiap hari dengar omongan tetangga, punya anak gadis tapi kok gak nikah-nikah.” gusar ibu

“Sabar lo bu, nggak usah didengar gibahan tetangga, doain aja !”

“Halaaa...gayamu ndok-ndok” kesal ibu.

 

Kata-kata tentang jodoh selalu setiap hari ia dengar. Bahkan seperti makanan sehari-hari. Kadang ia merasa bosan mendengarnya mulaidari orang tua, saudara, tetangga sampai teman-temannya selalu mempertanyakan kapan menikah. Seperti hidup ini puncak kebahagiaanya adalah menikah saja.

 

**

Hujan turun deras subuh hari, menembus rasa dingin tidak terkirah, angin menerjang dari arah selatan dengan derasnya. Sehingga membuat pohon mangga samping rumah hampir roboh dibuatnya. Untung hanya ranting yang patah menimpah atap rumah, jika pohonnya yang roboh entah apa kerugian akan terjadi. Nanda yang terbawah suasana dingin subuh masih bergelut dengan selimut, padahal waktu sudah menunjukkan jam empat pagi. Rasa enggan beranjak dari tempat tidur membuatnya selalu mengantuk sepanjang pagi ini.

Ketika ia asik dengan tarikkan selimut untuk menghangakan tubuh, tiba-tiba bunyi tanda whatsaap masuk berdenting-denting. Ia terbangun dari tidur dengan rasa malasnya, tetapi rasa penasaran untuk membuka whatsaap handphone lebih menggoda. Dilihatnya ada nomor baru masuk mengirim pesan “Assalamuaikum, nda” chat pertama

“Apa kabar, ini aku Fikram. Semoga kamu tidak melupakan orang paling ganteng se indonesia raya ini ya. Hehe..”

“ooo iya, boleh siang nanti aku main ke rumahmu?, sekalian mau beli bunga. Ibu sekarang lagi hobi-hobinya menanam bunga.” dilihatnya chat itu beruntun membuatnya kaget seketika. Orang yang selama ini ia tunggu, setelah sekian lama tiba-tiba datang dengan sendirinya. Dadanya berdegup kencang dengan tidak tahu malunya. Setelah sekian lama penantian akhirnya, sang pujaan hati hadir tanpa terduga. Walaupun hanya membeli bunga tetapi hatinya senang tidak terkira.

**

Disinilah ia sekarang, duduk di kursi tamu memandang kedepan, melihat pengantin yang begitu bahagia sedang menyanyikan lagu “Janji Suci” dari Yovie and Nuno.

 

Melihat mereka bersanding disana ada rasa ngilu dihati. Ternyata cinta rahasia yang ia pendam selama ini berakhir dengan menyakitkan. Fikram bahagia dengan pengantinnya, tanpa tahu ada hati yang sedang terluka. Terlalu mengharapkan cinta pada akhirnya ia sendiri yang kecewa. Namun, bagaimanapun juga ia tetap hadir di pesta ini, karena tidak menolak untuk tidak hadir. Bukannya seorang sahabat harus ikut bahagia atas sahabat yang lain. Ia harus bisa mengabaikan masalah hatinya demi pertemanan yang mereka bangun sejak masih sekolah menengah pertama.

 

Maka inilah yang terjadi jika dua sahabat yang satu laki-laki dan satu perempuan, pasti diantaranya ada peran perasaan yang dimainkan. Dan harus bisa menanggung resiko merelakan cintanya terkubur bersama hati tak sampai apabila diantaranya tidak ada benang untuk saling menyatu.

 

“Takdir dan cinta hanya tuhan yang tahu. Seberapa sering kamu menyebut namanya didalam doa, apabila kata tuhan, ia bukan yang terbaik bagimu, kamu bisa apa kecuali harus merelakan. Cinta tak harus memiliki, cinta itu merelakan demi kebahagian yang dicinta.” Nanda.

Komentar

Postingan populer dari blog ini