Lakso di Hari Raya

 

Lakso Dihari Raya

Sakura Mimpiku

 

Matahari merah saga bersiap mulai turun dari kerajaan langit. Awan hitam menutupinya meninggalkan sinar disela-sela tak tertutupi awan. Langit biru bersih masih menunjukkan anggunnya walau malam mulai menghampiri. Padahal hari sudah hampir magrib.

Di pinggir jalan tembokan antara dusun Tanjung Batu dan Tanjung Batu Seberang, banyak tempat tongkrongan anak muda. Menghadap hamparan luas padang rumput. Jika dipadukan dengan senja sore hari ini sungguh memanjakan mata memandang. Rasa enggan beranjak pulang sebelum matahari benar-benar tertutup oleh lantunan azan disegala penjuru. Menikmati pemandangan alam ini lebih afdol lagi jika sambil ngirup kuah tekwan dikasih sambal cabe dan jeruk kunci serta ditemani dogan. Sungguh nikmat Tuhan mana lagi yang kau dustakan.

Padang rumput mulai menghijau apabila musim kemarau melanda. Tetapi akan menjadi pemandangan laut apabila musim hujan datang. Dan sekarang sudah memasuki musim hujan. Padang menebar pesonanya dari segala penjuru. Fitri duduk disalah satu kursi kayu berjejer di pinggir jalan tembokan menghadap kehamparan luas tersebut. Merenungi dengan hati terasa pelik teringat ucapan umak tadi siang.

“Fitri rayo tegal lagi, aku pengen adek beradekmu ngumpul di rumah iko. Raso sepi nian apolagi semenjak adekmu nikah.”

Teringat beberapa tahun lalu. Ketika keluarga ini masih lengkap. Setiap mau lebaran umak selalu dapat orderan membuat lakso. Sampai-sampai memiliki ciri khas sendiri bagi pencinta kuliner lakso. Banyak orang suka bikinannya, padahal komposisinya sama saja. Tetapi entah mengapa kata orang-orang kampung, lakso buatan umak beda dari pada yang lain.

Tekstur lakso buatannya panjang seperti ramen. Jika dimakan bersama kuah kuning. Laksony terasa guri, kenyal, tidak lengket dan tidak muda basi. Padahal tidak ditambah sagu dalam adonan. Pernah ia bertanya cara pembuatannya. Dan hanya dijawab tergantung adonan serta cara masaknya saja.

*

Lebaran kali ini, umak mengajak fitri membuat lakso kembali. Katannya untuk menjamu anak-anak yang jauh dirantau ketika mereka pulang kampung nanti. Lebaran Idil Fitri tinggal empat hari lagi tetapi rumah masih sepi saja. Belum ada suara riuh yang memekakkan telinga, belum ada canda, tawa dan tangis. Semua masih sama, jika berbuka puasa maupun sahur masih berdua dengan ditemani kucing orange yang diberi nama idoy. Idoy adalah kucing kesayangan sekaligus penjaga rumah.

Dari jalan setapak menuju rumah yang berpagar bambu. Di dalamnya banyak pot bunga-bunga berjejer dipinggir pagar. Tertata rapi sampai keteras rumah. terlihat umak duduk di bangku teras sambil melantunkan zikir. Melangitkan nama Allah disetiap tarikan nafas. Fitri pulang dari kerja sebagai pengajar disalah satu sekolah swasta kabupaten. Jarak dari tempat kerja dan rumah memerlukan waktu lima puluh menit dari lokasi.

Assalamualaikum umak.” Sapa Fitri sambil membuka pagar rumah. Mendengar suara salam, umak menoleh dan betanya “Ngapo baleknyo lamo nian, dari mano kau Fit?” Tanyanya sambil menggeser tempat duduk memberikan ruang untuk anak gadis.

Aku tadi dari privat anak dulu mak, abis itu cari angkot susah nian. Sepi. Ooo iya sudah buat bukoan belom mak?.”

“Baru sudah masak nasi sama goreng mpek-mpek saja.”

“ Ya..!,mak gimana berbuka nanti kita bikin es dawet hijau aja, kayaknya enak ni hari panas gini bikin es dawet. Sama lauk pindang patin, sambal embam?.”

“Boleh juga, ge buruan shalat habis itu masuk dapur!.”

“Asiap ibu Negara.”

“Oo..iya Fit, besok pergi ke kalangan ya! Beli sayur sama bahan-bahan untuk bikin lakso. Tadi, kakakmu nelpon katanya lebaran kali ini dia mau pulang. Minta bikinin lakso.” Katanya  menjelaskan

            Akhirnya, beberapa lama tidak buat lakso dua tahun belakangan. Dan kali ini kehebohan buat lakso kembali datang. Dulu waktu mereka masih kecil. Hari lebaran Idil Fitri selalu disibukan dengan membuat lakso. Ada yang sibuk buat api dari kayu bakar, ngindal tepung beras, picit lakso dari citakan kedalam air mendidih sampai menarunya ke dalam nampan untuk dikeringkan. Di malam hari raya orang sibuk membagikan zakat fitrah dari rumah ke rumah. Sedangkan keluarganya sibuk membuat lakso karena banyak orderan.

*

“Bulan ramadhan merupakan bulan yang di dalamnya ada peristiwa diturunkannya Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan menegenai petunjuk itu dan pembeda antara yang hak dan yang batil.” (QS. Al-Baqarah:185)

Tidak terasa ramadhan sebentar lagi meninggalkan umat islam. Ada rasa haru di dalamnya. rasanya belum genap menghambah kepada Sang Pencipta. Dan sekarang ramadhan hendak pergi  lalu digantikan sawal. Hari itu tepat dua puluh delapan hari. Sedangkan menurut kalender hari raya Idil Fitri tingal satu hari lagi.

Pagi itu, Ibu menyuruh Fitri ke kalangan Tanjung Batu, membeli bahan-bahan membuat lakso. Karena disana lebih lengkap dari pada di toko. Ia bersiap-siap setelah sahur langsung bersih-bersih rumah sambil menunggu adzan subuh. Barulah setelahnya menunaikkan shalat.

Fitri pergi ke kalangan menaiki bentor. Disana sama seperti halnya pasar hanya saja, Kalangan transaksinya satu minggu sekali dan harga barang lebih murah dari tokoh atau warung. Semua yang dijual pasti ada disana. Dari kebutuhan pokok sampai tukang kredit pulsa. Fitri berjalan menyusuri setiap lorong antara lost satu ke lost yang lain sampai kebelakang untuk beli ikan gabus, disana banyak ikan dari sungai yang masih segar-segar.  Ada gabus, betok, sepat patin maupun nila semua berasal dari sungai dusun Burai. Yang terkenal sebagai dusun pelangi. Apabila kesana terlihat setiap rumah di cat warna-warni yang mencolok. Padang rumputnya yang bersih dan sungainya jernih air mengalir. Jangan lupa jika berkunjung kesana berfoto di dekat tulisan ‘I Love Burai’ agar semua orang tahu bahwa kita pernah kesana.

Setelah membeli ikan, lanjut beralih ke lost kelontong untuk membeli tepung beras dan tidak lupa juga beli sayur. Setelah berkeliling-liling berputar-putar di kalangan membeli yang dibutuhkan. Ia keluar menuju parkiran bentor. Banyak bentor parkir disana yang mana dulunya bekas parkiran angkot kuning. Tetapi seiring perkembangan zaman. Angkot tergerus oleh bentor. Orang lebih sukah naik bentor dari pada naik angkot kuning. Katanya lebih simpel dan tidak perluh menunggu lama sampai penumpang penuh.

Diparkiran Fitri mencari bentor yang langsung siap berangkat. Ia memanggil salah satu bapak bentor “Mang, bentor!” serunya sambil membawa kantong belanjaan menuju kearah parkiran. Melihat ada penumpang, mamang bentor segera membantu mengangkatkan kantong keatas kuda besi tersebut. Akan tetapi, suatu hal yang tidak terduga ada seorang laki-laki kurus tinggi langsung merampas dompet ditangan Fitri. Dan langsung berlari menuju motor depan yang sudah siap menunggu.

 “copet..copet..copet..” teriak Fitri membuat orang disekitarnya menjadi heboh. Semua mata tertuju kepadanya.

Diantara banyak orang disana. Fitri melihat ada salah satu temannya ketika masih duduk di bangku sekolah menegah pertama. Ia juga ke pasar menemani ibunya belanja. Melihat ada teman masa kecilnya, ia berseruh “Aji…tolong ji kejarke copet itu, dompetku diambilnyo.”mendengar permintaan tolong itu, Aji langsung tancap gas mengejar copet tersebut. Beruntungnya copet itu belum terlalu jauh karena kemacetan kalangan sehingga menghalangi motor untuk berlari kencang.

Na dapat kau, nak kemano?” ucap Aji sambil menerjangkan motor pencopet tersebut. Lalu copet langsung saja dikeroyok massa. Pencopet tersebut babak belur. Mukanya membengkak, darah berceceran di sekujur tubuh, hampir saja dimusnakan masyakat jika tidak ada polisi cepat melerai amukan massa itu. Dan langsung di bawah kekantor polisi untuk di amankan.

Aji bergegas menemui Fitri yang sedang menunggu dekat bentor tadi. Mengembalikan dompet beserta isinya. Ia berterima kasih kepada Aji dan orang yang telah membantunya. Tidak lupa juga mereka saling sapa dan menanyakan kabar masing-masing. Karena sudah lama sekali tidak bertemu. Dan berakhir saling tukar nomor handphone.

*

Suara takbir menggema dimalam satu sawal. Banyak orang keluar rumah untuk mengantar zakat fitrah, sialaturahmi ke sanak saudara, ada juga yang sibuk bikin kue dan bolu bahkan sibuk mempersiapkan untuk karnaval jam sepuluh malam nanti. Kebiasaan di dusun-dusun kecamatan Tanjung Batu, masyarakatnya pada malam idil fitri lebih ramai dari pada siang harinya. Jika waktu siang masyarakat pulang dari shalat Id lebih banyak kumpul keluarga di dalam dari pada di luar rumah. Bahkan banyak juga masyarakat setempat pergi ziarah ke makam orang tua yang mendahului.

 

Nama : Sakura mimpiku

Provinsi : sumatera selatan

Domain : makanan di masyarakat sumsel

Keteranagan :

Lakso adalah salah satu makanan ciri khas orang sumatera selatan, selain mpek-mpek yang lebih terkenal. Memiliki banyak kabupaten dan kecamatan. Salah satunya adalah kecamatan tanjung batu. Di sumatera selatan kebanyakan orang mengatakan desa adalah dusun terutama di kecamatan tanjung batu. Disini banyak padang rumput yang luas dan hampir setiap dusun memilki padang.

Lakso biasanya di buat pada hari raya dan hari pertunangan atau pernikahan. Hampir setiap rumah ketika hari raya, ataupun syukuran penduduk ksusunya di kecamatan Tanjung Batu selalu membuat lakso atau sop ayam.

Bentor merupakan alat transportasi yang dikolaborasikan antara becak dan bentor.

Komentar

Postingan populer dari blog ini